Si Kecil Aktif Bermain Tanpa Harus Menonton

Gambar koleksi pribadi penulis


    ‘Tut...tut…tut…,’ itulah bunyi yang berasal dari mulut mungil seorang anak seakan meniru bunyi kereta api. Tom, inilah nama mainan kereta api yang selalu dimainkannya di atas rel yang berbelok-belok. Terlihat kedua tangannya tak berhenti bergerak. Tangan kanannya memegang mainan kereta api. Sesekali tangan kirinya pun mengenggam salah satu mobil mainan berwarna hitam. Dialah Hanan. Berbagai macam bentuk kendaraan yang dimilikinya, menunjukkan Hanan anak laki-laki yang asik dan menyukai berbagai jenis mainan kendaraan.

Sekitar dua meter, terlihat ibu muda yang tengah duduk di samping Hanan sembari menyaksikan anak berusia tiga tahun ini tengah fokus bermain. Tak hanya sebatas menikmati Hanan bermain, Bunda Hanan tampak sesekali menyuapi Hanan makanan kecil. Terhitung sudah satu minggu Hanan tak lagi menonton TV dan memegang HP. “Sebelumnya Hanan sering menangis jika diminta untuk berhenti menonton, apalagi kalau malam, jika sudah waktunya tidur dia sering minta HP untuk menonton,” jelas Bunda Hanan.

Kondisi seperti ini membuat Bunda Hanan kewalahan apalagi saat ini dia tengah menyelesaikan tugas akhir S2. Bagi sebagian orang, dengan memberikan si kecil HP atau menonton, ini akan membuat orang tua bisa mengerjakan tugas rumah tangga dan kegiatan lainnya. Termasuk Bunda Hanan. “Ketika Hanan saya berikan HP atau menonton, saya bisa mengerjakan tugas kuliah,” ujar Bunda Hanan. Namun, pada akhirnya dia mengakui bahwa kebiasaan ini sangat tidak mendidik dan membuat sang anak kecanduan menonton. Akhirnya, sejak seminggu ini Bunda Hanan menghentikan hal tersebut dan mengubah dengan cara yang lebih mendidik.

Hal pertama yang dilakukan Bunda Hanan adalah mencari tahu apa mainan kesukaan Hanan. Ternyata Hanan sangat menyukai berbagai jenis kendaraan seperti mobil, motor, kereta api, dan berbagai macam jenis kendaraan lainnya. Setelah mengetahui apa yang disukai Hanan, Bunda Hanan berdiskusi dengan Hanan untuk membeli mainan tersebut dan mengatakan kepada Hanan bahwa jika sudah memiliki mainan, maka Hanan tidak boleh lagi menonton dan memainkan HP serta menjelaskan alasan di balik itu. “Diskusi ringan seperti ini membuat sang anak mengerti dan mengajarkan anak untuk memahami mana yang baik,” jelas Bunda Hanan.

Setelah mainan dibelikan, Bunda Hanan mengajak Hanan untuk bermain bersama. Hal ini tentunya membuat Hanan lebih tertarik dalam bermain. “Ini juga kesempatan bagi orang tua untuk berkomunikasi dengan sang anak”. Akhirnya Bunda Hanan mengerti bahwa anak di usia tiga tahun cenderung ingin banyak bertanya dan ingin diperhatikan. Ketika orang tua bermain bersama, tentu sang anak akan lebih aktif dalam bermain. Langkah ini bisa dilakukan untuk menghindarkan sang anak dari screen time activity

Anak-anak lebih senang dan tenang ketika mereka memiliki perangkat seperti handphone di tangan mereka. Namun, kita tahu bahwa anak-anak tidak belajar dengan baik dari layar gadget [1]. Dua penelitian terbaru menunjukkan bahwa screen time dapat mengurangi kata dan kalimat yang digunakan balita, yang mengakibatkan perkembangan bahasa tertunda. Sebuah studi baru dari Rumah Sakit Anak di Kanada melakukan penelitian yang diikuti hampir 900 anak-anak antara usia enam bulan dan dua tahun [2]. Mereka menemukan bahwa balita yang terpapar lebih banyak screen time dari HP lebih cenderung mengalami keterlambatan keterampilan bahasa ekspresif (yaitu, kemampuan anak untuk mengucapkan kata-kata dan kalimat tertunda). Mereka juga menemukan bahwa untuk setiap peningkatan 30 menit dalam waktu layar genggam harian, ada 49% peningkatan risiko keterlambatan bahasa ekspresif).

Studi lain melakukan survei kepada lebih dari 1.000 orang tua dari anak-anak di bawah usia dua tahun [3]. Mereka menemukan bahwa balita yang menonton lebih banyak video mengalami pemerolehan sedikit kata. Untuk setiap jam tambahan video yang ditonton bayi berusia delapan hingga 16 bulan dalam sehari, mereka mengucapkan rata-rata enam hingga delapan kata lebih sedikit. Studi baru ini menunjukkan bahwa peningkatan screen time menempatkan bayi pada risiko keterlambatan bahasa ekspresif dan dapat menyebabkan anak kecil mengucapkan lebih sedikit kata. Canadian Pediatric Society merekomendasikan bahwa anak-anak 2-5 tahun memiliki screen time terbatas yaitu di bawah satu jam per hari [4].

Lalu bagaimana membatasi screen time pada anak balita di atas dua tahun? Berikut beberapa tips yang bisa orang tua lakukan: 1). Pratinjau program, game, dan aplikasi sebelum mengizinkan anak melihat atau bermain dengannya. Organisasi seperti Common Sense Media [5]. memiliki peringkat dan ulasan pemrograman untuk membantu sang anak menentukan apa yang sesuai untuk usianya. Lebih baik lagi, tonton, mainkan, atau gunakan bersama sang anak. 2). Gunakan kontrol orang tua untuk memblokir atau memfilter konten internet. Pastikan anak dekat selama screen time sehingga orang tua dapat mengawasi aktivitasnya. 3). Tanyakan kepada anak secara teratur apa program, permainan, dan aplikasi yang dia mainkan sepanjang hari. 4). Saat menonton program bersama anak, diskusikan apa yang akan ditonton dan hindari tontonan yang bergerak dengan cepat, yang sulit dipahami anak kecil, konten kekerasan, dan aplikasi dengan banyak konten yang mengganggu. Hilangkan iklan di aplikasi, karena anak kecil kesulitan membedakan antara iklan dan informasi faktual.

Selanjutnya bagaimana dengan anak-anak yang mengalami keterlambatan bicara?.  Hal pertama yang bisa orang tua lakukan adalah biasakan anak untuk menedengarkan cerita atau dongeng yang bisa diberikan oleh orang tua.  Ajarkan  anak  untuk  mengucapkan  kata atau ide dengan mengajarkan kata beserta tunjukkan benda atau objeknya. Dengan mengusahakan semakin tertariknya anak-anak untuk  melakukan  peniruan  kata-kata.  Anak akan mendapat respon yang sangat ekspresif, misalnya  ketika  anak  mengungkapkan  suatu ide   kemudian   orang   tuanya   memberikan respon seolah-olah terkejut, marah, atau menertawakannya maka anak akan mengulangi ucapan itu kembali. Anak begitu senang menerima respon timbal balik yang diberikan oleh orang tuanya. Anak merasa diperhatikan tanpa  memperdulikan  apakah  perhatian tersebut berupa kemarahan atau ekspresi lainnya.

Langkah selanjutnya, bacakan buku atau cerita bergambar sehingga anak dapat menunjuk atau memberi nama benda-benda yang ia kenal, gunakan bahasa yang sederhana ketika berbicara pada anak, mengoreksi ucapan yang salah dari anak. Misalnya ketika anak mengatakan “Atit” saat mengutarakan rasa sakit,  orang  tua   segera   membenarkannya dengan  mengucapkan  “Oh,  sakit  ya”. Usahakan  untuk  selalu  mengulang  kata-kata yang diucapkan anak pada kita, berikan pujian pada anak ketika anak berbicara benar, jangan abaikan   anak   dan   selalu   berikan   respon terhadap apa yang dikatakan anak, jangan memaksa anak untuk berbicara karena hal ini hanya akan membuat anak menjadi semakin tertekan, dan berkonsultasi kepada tenaga ahli seperti psikolog.

Langkah selanjutnya, memberikan multivitamin untuk otak anak, salah satu multivitamin yang baik untuk otak anak yang bisa orang tua coba adalah Generos. Generos merupakan multivitamin untuk otak yang didukung dengan lima bahan utama alami Quantum. Generos yang merupakan suplemen herbal yang telah lulus uji BPOM dan telah mendapatkan sertifikasi halal dari MUI ini mengandung lima bahan herbal terbaik yang khasiatnya tidak diragukan lagi. Generos telah dujii, sehingga mampu menjadi nutrisi dan menangkal gangguan radiasi bebas yang bisa berbahaya bagi otak anak. Fungsi utama Generos ialah membantu mengatasi gangguan speech delay atau terlambat bicara, anak autis, dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Cara kerja Generos dengan membantu merangsang saraf verbal anak untuk lancar bicara. Selain itu, Generos juga menutrisi perkembangan kecerdasan pada anak. Generos sangat direkomendasikan sebagai penunjang kebutuhan nutrisi untuk tumbuh kembang optimal. [6].

Secara umum dapat disimpulkan cara terbaik untuk membantu anak belajar dan tumbuh adalah dengan meluangkan waktu untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengannya. Bersenang-senanglah dalam interaksi sehari-hari seperti waktu mandi, waktu makan, atau saat orang tua berjalan ke taman, di situlah pembelajaran bahasa terbaik. Kemudian beri anak suplemen multivitamin untuk membantu proses pertumbuhan otak anak.

 

.      https://generos.id/generos-anak-lancar-bicara/

DAFTAR PUSTAKA

1.      Christakis, D. A. (2009). The effects of infant media usage: what do we know and what should we learn? Review Article. Acta Paediatrica, 98, 8-16.

2.      American Academy of Pediatrics (2017). Handheld Screen Time Linked with Speech Delays in Young Children. Retrieved from https://www.healthychildren.org/English/news/Pages/Handheld-Screen-Time-Linked-with-Speech-Delays-in-Young-Children.aspx

3.      Zimmerman, F. J., Christakis, D. A. & Meltzoff, A. N. (2007). Associations between Media Viewing and Language Development in Children Under Age 2 Years. The Journal of Pediatrics, 151, 364-368.

4.      Canadian Pediatric Society (2017). Screen time and young children: Promoting health and development in a digital world. Retrieved from https://www.cps.ca/en/documents/position/screen-time-and-young-children

5.      https://www.commonsensemedia.org/

6.      https://generos.id/generos-anak-lancar-bicara/

https://generos.id/2022/04/14/generos-sebagai-nutrisi-optimalkan-manfaat-puasa/

https://generos.id/2022/07/08/trik-agar-terapi-wicara-anak-bisa-optimal/

https://generos.id/2022/06/16/nyata-setelah-minum-generos-jadi-lebih-pd-lancar-membaca/



0 komentar:

Posting Komentar